Apa Ecocosmology?

Kata ‘ecocosmology’ berasal dari dua komponen utama kata. Kata pertama komponen "eco" berasal dari tanah kuno Yunani, yang memiliki bahasa yang indah, termasuk kata: oiko-, oik-, oikio-, oico- (bahasa Yunani yanag berarti rumah, tinggal, rumah). 

Kata kedua komponen "cosmology" didefinisikan sebagai: 
  1. cabang filsafat berhubungan dengan asal-usul, struktur umum alam semesta dengan bagian-bagiannya, elemen, dan hukum, (seperti karakteristik sebagai ruang, waktu, kausalitas, dan kebebasan).
  2. cabang astronomi yang berhubungan dengan struktur umum dan evolusi alam semesta.

Ecocosmology berarti ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan asal-usul dan struktur dunia di alam semesta, dengan bagian-bagiannya, unsur-unsur yang membentuknya, hukum, karakteristik habitatnya, termasuk pengetahuan dan kebijakan khusus tentang bagaimana spesies menjadi mampu bertahan di alam semesta ini.

Where are Tuna in Indonesia? Why?
Tuna merupakan ikan pelagis besar yang berasal dari famili Scombridae yang memiliki nilai ekonomis tinggi pada pasar dunia. Pertanyaan yang sering muncul adalah “Mengapa ikan tuna itu ada?” dan “Dimana mereka hidup di Perairan Indonesia?” Jawaban yang paling sederhana, “karena mereka ingin berada di perairan tersebut”. 


Gambar Migrasi tuna dari luar wilayah Indonesia yang tertangkap di Perairan Indonesian 
(Sumber: Regional Tuna Tagging project conducted by OFP, 1989–1992)

Ilmu yang dapat menjawab pertanyaan tersebut secara ilmiah adalah Ecocosmology. Ecocosmology ini berfokus pada kelangsungan hidup tuna dalam hal kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan perairannya, khususnya kehidupan diekosistemnya atau menemukan habitat lain yang layak huni dari waktu ke waktu. Tantangan yang dihadapi tuna madidihang ini adalah proses perjalanan mencari habitat baru yang mungkin penuh dengan penyakit, predator dan pencemaran perairan. 

Contoh kasus untuk tuna madidihang (T. albacares), pola sejarah hidup dimana tuna dilahirkan sampai dewasa kemudian memijah akan memerlukan habitat dan parameter lingkungan yang pernah dilewati oleh induk tuna dan generasi dibawahnya. Beberapa studi aspek Ecocosmology menjelaskan bahwa adaptasi ikan tuna madidihang yang hidup di lautan dapat mencapai kedalaman 800m dan hidup bersama hewan-hewan mamalia laut lainnya.

Produksi tuna Indonesia sampai tahun 2014 mencapai 15% dari total produksi tuna Perairan Pasifik, dan mempengaruhi stok perikanan tuna di Samudera Pasifik, dan semua anggota Western and Central Pacific Fisheries Commission (WWPFC) memperhatikan aktivitas perikanan tuna di Indonesia. 
Hasil studi migrasi tuna melalui penandaan ikan di berbagai Perairan Pasifik menunjukan bahwa tuna yang diberi tanda dari berbagai negara yang jauh dari Indonesia terbukti bermigrasi ke Perairan Indonesia. Data ilmiah ini menjelaskan kepada kita semua, bahwa Perairan Indonesia merupakan tempat yang nyaman bagi tuna dunia.

Secara geografis dan ekosistem perairan, Indonesia merupakan wilayah yang nyaman bagi siklus hidup ikan tuna. Baik dari ikan tuna yang berumur muda sampai yang dewasa. Penelitian tentang lingkungan hidup tuna yang dilakukan secara berkesinambungan akan memberi bukti ilmiah, yaitu memberi jawaban mengapa dan dimana tuna madidihang hidup di Perairan Indonesia secara lebih tepat. 

Melalui bukti-bukti ilmiah inilah maka Indonesia mempunyai kewajiban menjaga kondisi  perairanya agar menjadi tempat hidup dan berkembangnya tuna dunia. Namun demikian, sudah seharusnya pula semua anggota Western and Central Pacific Fisheries Commission (WWPFC) memberikan kompensasi khusus bagi Indonesia yang telah menjaga kelestarian tuna di wilayahnya bagi kepentingan perikanan tuna dunia.